Selasa, 08 Mei 2012

Pacaran? Pikir Lagi, Deh!(hari gini masih pacaran? apa kata dunia!?)


Pacaran, sepertinya telah dinobatkan oleh remaja saat ini sebagai satu-satunya ekspresi cinta kepada lawan jenis. Otomatis ikatan baku syahwat ini sedikit banyak mempengaruhi jalinan persahabatan cewek-cowok. Makin sulit ditemukan hubungan dekat remaja-remaji yang murni pertemanan. Selaluuu aja ada benih-benih cinta di hati yang tersemai tanpa mereka sadari. Nggak heran kalo banyak remaja yang terprovokasi oleh komplotan Project Pop dan Chrisye dalam hits terbaru mereka, ‘burkat’ Buruan deh katakan…. Makanya Yovie dan Nuno juga nggak tahan untuk bilang, ‘inginku…tidak hanya jadi temanmu…ataupun sekadar sahabat’. Pengenya jadi apa dong?
Pacar. Yup, status pacar yang banyak diburu kaum jomblo sebagai simbol kemenangan dan kebanggaan. Begitu pentingnya status ini hingga dijadikan ‘mata pelajaran’ rutin oleh media massa bagi para pemirsanya. Walhasil, para pelajar berseragam putih biru donker pun menjadikan tempat belajarnya sebagai Sekolah Mencari Pacar (SMP). Parah tenan iki!
Sobat, banyak remaja yang ngerasa kalo jadi pacar atau punya pacar bikin hidup terasa lebih indah. Katanya sih, mereka udah nemuin soulmate alias belahan jiwanya. Seseorang yang memanjakan perasaan cintanya; yang menjaga dan melindunginya; yang begitu perhatian dan peduli padanya; yang menyediakan a shoulder to cry on; yang mengulurkan tangannya saat salah satunya down; hingga rela berkorban untuk memenuhi permintaan sang buah hati. Pokoknya romantis abis!
Selanjutnya, hari-hari mereka lalui dengan kebersamaan. Acara jalan bareng sambil gandengan tangan atau mojok berdua untuk saling bertukar cerita jadi menu wajib. Di kampus, sekolah, mal, halte, bioskop, atau di bawah guyuran hujan nggak masalah. Kalo nggak bisa jalan bareng, minimal mengobral kata-kata cinta via SMS. Inilah penyakit orang kasmaran. Enggan berpisah walau sesaat. Bawaannya kangen mulu. Padahal doinya cuma permisi ke toilet. Waduh!
Tapi sobat, apa bener pacaran itu selamanya indah?
Banyak rugi di balik pacaran
Kalo diperhatiin sekilas, bisa jadi orang mengganggap pacaran itu nggak ada ruginya. Padahal, banyak juga lho ruginya. Makanya jangan cuma sekilas merhatiinnya. Nggak percaya? Simak deh poin-poin berikut:
1. Rugi waktu
Sobat, coba kamu iseng-iseng nanya ke temen yang pacaran, berapa banyak waktu yang dia berikan untuk pacarnya? A. satu jam B. dua jam C. satu hari D. satu minggu (kayak soal ujian aja pake multiple choice). Jawabannya: nggak ada yang cocok! Sebab ketika ikatan cinta di antara mereka diucapkan, masing-masing kudu terima konsekuensi untuk ngasih perhatian lebih buat sang pacar. Itu berarti, harus stand by alias siap setiap saat jika diperlukan doi (sopir taksi kaleee!). Ini yang bikin repot.
Gimana nggak, waktu yang kita punya nggak cuma buat ngurusin sang pacar. Emang sih teorinya nggak seekstrim itu. Biasanya mereka mencoba saling mengerti kalo kekasihnya juga punya kepentingan lain. Tapi kalo masing-masing minta dimengerti, bisa-bisa muncul sikap egois. Merasa dirinya paling penting dan paling berhak untuk diperhatikan. Ending-nya, teori dan praktek sangat jauh panggang dari api. Tetep aja mereka terpaksa ngorbanin waktu untuk sekolah, kantor, keluarga, atau teman sebaya biar doi nggak ngambek. Kalo sudah begini, demi mempertahankan pacaran, urusan lain bisa berantakan. Betul?
2. Rugi pikiran
Sehebat-hebatnya manusia mengelola alokasi pikiran dan perhatian untuk ngurusin hidupnya, belum tentu dia mampu mengendalikan rasa cintanya. Asli. Ketika kita jatuh cinta, nggak gampang kita mikirin urusan laen. Semua pikiran kita selalu mengerucut pada satu objek: Pacar. Mau ngapain aja selalu teringat padanya. Seperti kata Evi Tamala, ‘mau makan teringat padamu…. mau tidur teringat padamu…lihat cheetah teringat padamu….’ Ups! Sorry, jangan ngerasa di puji ya. Gubrak!
Nggak heran kalo sitaan pikiran yang begitu besar dalam berpacaran bisa bikin prestasi belajar menurun. Itu juga bagi yang berprestasi. Bagi yang nilainya pas-pasan, bisa-bisa kebakaran tuh nilai rapot. Mereka sulit berkonsentrasi. Meski jasadnya ada dalam kelas belum tentu pikirannya nangkep penjelasan dari guru. Yang ada, pikirannya tengah melanglang buana ke negeri khayalan bersama sang permaisuri pujaan hati. Dan nggak akan sadar sebelum spidol atau penghapus whiteboard mendarat dengan sukses di jidatnya.
3. Terbiasa nggak jujur
Lucu. Kalo kita ngeliat perilaku standar remaja yang lagi kasmaran. Di rumah dia uring-uringan karena sakit perut (tapi bukan diare lho), tapi akibat makan cabe tapi lupa makan goreng bakwannya karena saking asyiknya nonton Dora the Explorer. Sang ibu pun terpaksa telpon ke sekolah untuk minta izin. Menjelang siang, tiba-tiba pacar telpon. Nanyain kabar karena khawatir. Terus dia bilang, ‘sayang ya kamu nggak sekolah. Padahal nanti siang aku minta di antar ke toko buku terus hadirin undangan temenku yang ulang tahun di KFC…’
Tak lama berselang, keajaiban terjadi. Tiba-tiba sakitnya sembuh dan siap nganterin doi. Padahal sebelum ditelpon pacarnya, sang ibu minta tolong dibeliin minyak tanah di warung sebelah rumah, jawabnya: ‘nggak kuat jalan Bu. Kan lagi sakit’.
Ini baru contoh kecil. Seringkali orang yang pacaran secara otomatis berbohong, agar terlihat baik bin perfect di mata pacar.
4. Tekor materi
Sobat, dalam berpacaran, keberadaan materi sangat menentukan mati hidupnya itu hubungan. Meski ngakunya nggak begitu mentingin materi, tetep aja kalo nraktir bakso di kantin sekolah atau nonton hemat di twenty one kudu pake duit.
Yang bikin runyam, kebanyakan dari remaja yang berpacaran perekonomiannya sangat tergantung dengan jatah yang dikasih ortu. Pas lagi ada duit, jatah uang saku sebulan ludes dalam hitungan jam di malam minggu pertama setiap bulan. Kalo lagi nggak punya duit sementara pacar ngajak jalan, bisa nekat mereka. Nilep uang SPP atau terlibat aksi kriminal. Repot kan?
Nah sobat, ternyata pacaran tak selamanya indah. Ada juga ruginya. Banyak malah. Rasanya nggak sebanding dong kalo kita harus kehilangan waktu luang, prestasi belajar, teman sebaya atau kedekatan dengan keluarga, karena waktu, pikiran, tenaga, dan materi yang kita punya, banyak dialokasikan untuk sang pacar. Belum lagi dosa yang kita tabung selama berpacaran. Padahal pacar sendiri belum tentu bisa mengembalikan semua yang kita korbankan ketika kita kena PHK alias Putus Hubungan Kekasih. Apalagi ngasih jaminan kita selamat di akhirat. Nggak ada banget tuh. Rugi kan? Pasti, gitu lho!
Pacaran, dilarang masuk!
Sobat muda muslim, meski dalam al-Quran tidak terdapat dalil yang jelas-jelas melarang pacaran, bukan berarti aktivitas baku syahwat itu diperbolehkan. Pacaran di-black list dari perilaku seorang muslim karena aktivitasnya, bukan istilahnya.
Orang pacaran pasti berdua-duaan. Padahal mereka bukan mahram atau suami-istri. Yang kayak gini yang dilarang Rasul dalam sabdanya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka tidak boleh baginya berkhalwat (bedua-duaan) dengan seorang wanita, sedangkan wanita itu tidak bersama mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiga di antara mereka adalah setan” (HR Ahmad)
Kehadiran pihak ketiga alias setan sering dicuekin oleh orang yang lagi pacaran. Padahal bisikannya bisa bikin mereka gelap mata bin lupa diri. Cinta suci yang diikrarkan lambat laun ber-metamorfosis menjadi cinta birahi. Ujung-ujungnya mereka akan dengan mudah terhanyut dalam aktivitas KNPI alias Kissing, Necking, Petting, sampe Intercousing. Dari sekadar ciuman hingga hubungan badan. Naudzubillah min dzalik! Makanya Allah Swt. telah mengingatkan dalam firmanNya:
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS al-Isrâ [17]: 32)
Kalo masih ngeyel dengan peringatan Allah Swt. di atas, dijamin kesengsaraan bakal menimpa kita. Banyak kok fakta yang berbicara kalo gaya pacaran sekarang lebih didominasi oleh penyaluran hasrat seksual. Akibatnya, secara tidak langsung pacaran turut membidani lahirnya masalah aborsi, prostitusi, hingga penyebaran penyakit menular seksual. Karena itu, pacaran dilarang masuk dalam keseharian seorang muslim. Akur? Kudu!
Agar cinta nggak bikin sengsara
Sobat muda muslim, perlu dicatet kalo Islam melarang pacaran bukan berarti memasung rasa cinta kepada lawan jenis. Justeru Islam memuliakan rasa cinta itu jika penyalurannya tepat pada sasaran. Sebab Allah menciptakan rasa itu pada diri manusia dalam rangka melestarikan jenisnya dengan kejelasan nasab alias garis keturunan. Karena itu hanya satu penyaluran yang diridhoi Allah, dicontohkan Rasulullah, dan pastinya tepat pada sasaran. Yaitu melalui pernikahan. Rasulullah saw bersabda: “Wahai sekalian pemuda, barang siapa yang sudah mempunyai bekal untuk menikah, menikahlah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat memejamkan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang belum mempunyai bekal untuk menikah, berpuasalah, karena puasa itu sebagai benteng baginya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Untuk mengendalikan rasa cinta pada diri manusia, Islam juga punya aturan maen yang meminimalisasi fakto-faktor pembangkit rasa itu. Secara umum, interaksi antara pria dan wanita dalam Islam hanya diperbolehkan dalam aktivitas yang mengharuskan kerjasama di antara mereka. Seperti ketika jual beli di pasar, berobat ke dokter, belajar di sekolah atau kampus, bekerja di kantor, dsb. Dengan catatan, ketika aktivitas di atas selesai, maka masing-masing kudu kembali kepada habitatnya. Nggak pake acara curi-curi kesempatan berduaan sehabis sekolah bubar, mau pergi ke pasar, atau pas berangkat kerja.
Kalo pas lagi ada keperluan mendesak dengan lawan jenis, kita bisa ajak teman biar nggak berduaan. Selain itu, kita juga diwajibkan menjaga pandangan biar nggak jelalatan ketika bertemu dengan lawan jenis. Sebab jika pandangan kita terkunci, sulit mengalihkannya. Seperti kata A. Rafiq, ‘lirikan matamu…. menarik hati…’ (dangdut terus neh! Tadi Evi Tamala. Hihihi..)
Nggak ketinggalan, Islam juga mewajibkan muslimahnya untuk menutup aurat secara sempurna dan menjaga suaranya agar tidak mendesah bin mendayu-dayu ketika berkomunikasi dengan lawan jenisnya. Sebab bisa memancing lawan jenis untuk berinteraksi lebih jauh.Wah, di sinilah perlu jaga-jaga ya.
Sobat muda muslim, selain dosa, ternyata pacaran juga banyak ruginya. Makanya kalo virus merah jambu mulai meradang di hatimu, cuma ada satu solusi jitu: merit binti menikah. Nggak papa kok masih muda juga. Tapi kalo ngerasa belum mampu, kamu bisa rajin-rajin berpuasa untuk meredam gejolak nafsu. Dan tentunya sambil terus belajar, mengasah kemampuan, dan mengenali Islam lebih dalam, jangan lupa perbanyak kegiatan positif: ngaji dan olahraga, misalnya. Moga kita sukses di dunia dan di akhirat ya. Mau kan? Mau doooong! Siip.. dah! [hafidz]
http://osolihin.wordpress.com/2007/04/06/pacaran-pikir-lagi-deh/
=======================================================================
Yang Muda Yang Bertakwa
gaulislam edisi 105/tahun ke-3 (7 Dzulqaidah 1430 H/26 Oktober 2009)
Apa yang kamu pikirin kalo denger kalimat bahwa pemuda adalah generasi penerus bangsa? Terus apanya yang di terusin? Hehehe, siapa lagi yang akan menerusakan perjuangan dan dakwah yang sudah dilakukan para kaum tua yang telah mendahului kita? Hmm.. yang pasti anak muda dong ya. Khususnya, pemuda yang mempunyai akhlak yang baik dan tentunya memiliki ilmu pengetahuan yang luas.
Pemuda berperan penting dalam kehidupan di dunia ini. Potensi yang dimiliki sangat besar jika diasah dan disinergikan, potensi-potensi itu akan menghasilkan ledakan yang dahsyat. Tapi percuma saja kalo pemudanya bermalas-malasan (termasuk yang malas beneran), tidak bersemangat dan mudah putus asa apa lagi kalo diajak halaqah atau ngaji aja susah? Hmm, kalo begitu gimana mau jadi pemuda muslim yang ideal? Gimana mau jadi anak muda yang bertakwa?
Bro, ada orang bilang: “Yang muda yang berkarya dan jangan cuma bicara”. Hehe.. kita di gaulislam ini bukan bicara, tapi menulis. Yup, insya Allah tulisan ini sebagai wujud nyata sumbangan pemikiran dan dakwah, usaha untuk menyemangati dan mengkritisi kondisi pemuda saat ini. Prikitiw!
Sobat muda muslim, banyak perubahan besar yang terjadi dan dilakukan oleh pemuda, coba kita flashback pada masa detik-detik kemerdekaan bangsa Indonesia, semangat para pemuda saat itu luar biasa sampai-sampai Ir. Soekarno diculik oleh golongan pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Jangan lupa juga momentum sumpah pemuda yang bertekat untuk bersatu membangun bangsa juga dilakukan oleh pemuda. Oya, ini terlepas dari perjuangan tersebut salah dalam pandangan Islam ya. Tapi yang kita lihat pelakunya adalah pemuda.
Dalam sejarah Islam, banyak anak pemuda yang memilih dan masuk Islam. Yang termuda, Ali bin Abi Thalib berusia 8 tahun hampir sama dengan az-Zubair bin Al-Awwam, kemudian Ja’far bin Abi Thalib (18), Usman bin Affan (20), Umar bin Khattab (26). Bahkan ada yang berprestasi di usia muda, yakni Usman bin Zaid yang ketika diangkat menjadi panglima perang usianya yang masih cukup belia (18). Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi penglima perang untuk memimpin pasukan muslimin dalam penyerbuan ke wilayah Syam yang berada dalam kekuasaan Romawi.
Ibnu Abbas ra berkomentar: “Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (30-40 tahun). Begitu pula tidak ada seorang alim pun yang diberi ilmu melainkan ia dari kalangan pemuda.” Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala, namanya Inrahim.” (QS al-Anbiyaa [21]: 60)
Pemuda-pemuda seperti merekalah yang kita patut teladani, ilmu pengetahuan, semangat berjuang, jiwa berkorban dan ketakwaan semata-mata hanya mengharap ridho Allah dan RasulNya.
Potret buram
Saat ini kita patut bangga atas prestasi anak muda Indonesia dalam berbagai bidang. Di bidang sains, pemuda Indonesia menjuarai olimpiade internasional seperti meraih medali perak pada tahun 2008 lalu, dalam ajang Internasional Mathematics Olympiad (IMO), Internasional Biology Olympiad (IBO) dan masih banyak lagi.
Di antara segudang prestasi yang diraih nggak kalah banyak juga pemuda yang terjerumus dalam pergaulan yang salah. Budaya seks bebas yang mudah dijumpai. Hampir ada di setiap kampung maupun kota besar. Narkoba pun merajalela. Padahal pakai narkoba bukan solusi yang gentleman “nggak cowok banget dach!”. Lagian, apa nggak apda nyadar kalo banyak yang meninggal akibat OD (over dosis). Di media massa juga seperti terbiasa memberitakan tentang aborsi akibat pergaulan seks bebas. Apa mungkin si perempuan belum siap atas kehamilannya dan status buruk yang dicap kemudian menggugurkan kehamilannya. Ada juga bayi yang sudah dilahirkan sengaja dibunuh oleh ibunya. Waduh, parah banget!
Bro en Sis, nggak sedikit kasus pelajar yang putus asa karena nggak lulus ujian nasional. Mereka mengambil jalan pintas dengan melakukan bunuh diri karena merasa malu. Budaya konsumerisme dan gaya hidup mewah mungkin udah mendarah daging di kehidupan remaja perkotaan. Doktrin kapitalisme membuat mereka terperosok ke dalam nafsu individualisme dan materialisme. Ironisnya saat ada teman yang mendakwahinya, dia bilang: “Urusin aja diri elo sendiri, ngapain repot-repot ngurususin gue? Udah deh urusan kayak begini nggak usah disangkut-pautin sama masalah agama”.
Wadduh, masih untung ada yang mau peduli dengan sesama temannya. Apa jadinya dunia jika semua manusia bersikap individualistis?
Bro en Sis, sebelumnya saya nggak ingin menghakimi atau mencerca teman-teman nih. Tapi kita juga wajib kritis dan menyadarkan bahwa masih banyak remaja yang mengaku Islam tapi nggak mau mengkaji ajaran agamanya sendiri. Coba tanyakan pada anak muda yang mengaku Islam yang sedang berlalu-lalang di jalan untuk menyebutkan 12 nama bulan dalam Islam? Kmeungkinan besar banyak yang tak hapal dan terbata-bata menyebutkannya, tapi giliran ditanya bulan masehi? Anak sekolah dasar pun lancar nyerocos (tentu yang tahu hehehe), kayak busway yang lagi ngebrutss. Repot-repot tanya soal bulan hijriah coba dech tanya dulu huruf hizaiyah? Hehehe. Demokrasi mengajarkan kita untuk mengagungkan kebebasan, dan hasilnya kerusakan!
Bro en Sis, “kita jangan jadi bebek” alias mengikuti budaya Barat mulai dari cara berpakaian, hedonisme, hura-hura, pergaulan bebas terus suka mengkonsumsi narkoba. Pemuda adalah penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin negara bahkan dunia. Negara pastinya hancur jika remaja tidak segera diselamatkan. Nggak percaya? Jangan dicoba!
Pemuda ideal
Solusinya hanya ada satu yaitu kembali kepada Islam yang kaffah (menyeluruh). Jangan setengah-setengah agar kita menjadi pemuda yang ideal menurut Islam. Islam adalah agama yang amat memuliakan dan memperhatikan pemuda. Dalam al-Quran ada kisah tentang Ashabul Kahfi, cerminan sekelompok pemuda yang beriman dan tegar keimannya kepada Allah Swt. Mereka berani meninggalkan kaumnya yang mayoritas menyimpang dari ajaran Allah Ta’ala dan penguasa dzalim sementara ratusan orang dibinasakan, diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak. Sekelompok pemuda itu bersembunyi ke dalam sebuah gua dan Allah Swt. menyelamatkannya dengan menidurkan mereka selama 309 tahun, Subhannallah!
Nah, gimana sih kriteria pemuda Islam yang ideal? dan sifat-sifat dasar yang dituntut dari pemuda Islam? Yuk, ini juga perlu jadi catatan dan tolak ukur buat kita, menurut Dr. M. Manzoor Alam (1989 : 40-43) kriteria dan sifat-sifat dasar tersebut adalah:
Pertama, percaya dan hanya menyembah kepada Allah. Firman Allah Swt. (yang artinya):“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepada anaknya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman besar.” (QS Luqman [31]: 13)
Kedua, berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua, Islam menekankan pentingnya berbuat kepada kedua orang tua dan merupakan bagian terhadap penyembahan terhadap Allah Yang Maha Kuasa. Sebagaimana dalam firman Allah Swt. (yang artinya) “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS al-Israa [17]: 23)
Ketiga, jujur dan bertanggungjawab, pemuda Islam patutnya berikhtiar untuk memanfaatkan amanah yang berupa kekayaan, kedudukan, kesehatan, tindakan, pengetahuan dan lainya (termasuk dakwah). Firman Allah Swt. (yang artinya): “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh Telah kami binasakan. dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya.” (QS al-Israa [17]: 16-17)
Keempat, persaudaraan dan kasih sayang, Pemuda Islam juga harus memiliki sifat kasih sayang antar sesamanya dan hendaknya dibarengi dengan semangat berkorban. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS al-Hujuraat [49]: 10)
Kelima, yang terakhir adalah bermusyawarah, setiap individu memiliki perbedaan, agar tidak terjadi perpecahan dan kesalahpahaman dalam bermasyarakat, tentunya pemuda Islam juga harus perpegang teguh pada norma-norma permusyawarahan. Seperti yang telah diamanatkan Allah Swt. (yang artinya): “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya”. (QS Ali ’Imran [3]: 159)
Apa yang bisa kita lakukan?
Wah, indah banget deh kalau saja sifat-sifat dasar tersebut ada di dalam diri pemuda muslim saat ini, pastinya akan membawa perubahan dan kemajuan ke arah yang jauh lebih baik. Poin yang teramat penting adalah ketakwaan kita kepada Allah Swt. Jika hidup kita disibukkan dengan urusan agama Islam tentu urusan duniawi akan mengikuti dengan baik. Namun sebaliknya jika kita hanya berjibaku dengan urusan duniawi, alhasil hanya kenikmatan fatamorgana yang kita dapat, penyesalan dan kehancuran. Tentu, yang lebih mendasar adalah perkara aqkdah. Seharusnya kita lebih memahami dan menerapkan akidah yang benar.
Bro en Sis, bukan perkara sulit untuk mewujudkannya jika kita mau melakukan perubahan mulai pada diri kita sendiri. Jangan cuma bicara “Talk less do more” Hehehe. Hal kecil yang bisa kita lakukan adalah berdakwah, karena merupakan kewajiban setiap muslim untuk mengingatkan ke jalan yang benar dan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Dakwah bisa dengan lisan dan tulisan. Kepada orang terdekat dengan kita, juga kepada yang jauh dari sekeliling kita. Jangan sampai mencela orang-orang yang berbuat salah karena itu akan membuat mereka semakin gila dalam kesalahan, jangan sampai kita berdakwah namun menganggap kita lebih mulia dan lebih berilmu dari mereka yang kita dakwahi.
Nah, pertanyaannya adalah bagaimana mewujudkan supaya kita menjadi pemuda yang ideal menurut Islam? Hmm.. tentunya dengan belajar sebagai langkah awal mendalami Islam yang seutuhnya kemudian segera menyampaikan ilmu yang kita dapat dan kita pahami kepada teman-teman yang lainnya dengan cara berdakwah. Oh indahnya jika semua itu bisa terwujud. Tapi, memang harus diusahakan untuk terwujud. Itulah mengapa kita wajib berdakwah. Yuk ah, moga kita makin takwa dan semangat untuk belajar Islam dan mendakwahkannya. Siap? Yes! [samsi: saidansam.wordpress.com]
http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/yang-muda-yang-bertakwa.html
===============================================================
Setelah Putus Pacaran
STUDIA Edisi 310/Tahun ke-7 (11 September 2006)
Stop Press!! Artikel ini khusus buat mereka yang berpacaran dan pernah punya pacar. Waduh, gimana dong nasib mereka yang hidupnya lurus-lurus aja alias nggak pernah pacaran? Masa? nggak boleh ikutan baca? Hehe… tentu boleh dong. Siapa tahu ada orang-orang di sekeliling kamu yang membutuhkan, padahal kamu masih belum punya pengalaman, kamu tinggal kasihkan artikel STUDIA edisi kali ini. Asyik kan?
Masa pacaran,
siapa sih yang nggak panas-dingin bila mengenangnya? Panas-dingin karena teringat indahnya. Tapi bisa juga panas-dingin karena takut dosanya. Yang pasti sih, saya yakin kamu udah pada insaf kalo pacaran tuh cuma ajang menumpuk dosa akibat baku syahwat yang melanggar syariat. Kalo masih belum yakin juga, kamu bisa baca-baca lagi file STUDIA yang lalu-lalu biar ingatanmu fresh lagi.
Nah, udah ingat lagi kan? Kamu yang dulu memutuskan si dia karena takut dosa. Kamu yang memutuskan kekasih karena insaf. Kamu yang tak mau lagi mempunyai ikatan nggak sah. Kamu yang udah nyadar dan nggak pingin mengulangi lagi. Entah kenapa tiba-tiba aja bayangan si dia nongol lagi dalam benakmu.
Tiba-tiba aja nggak sengaja ketemu di angkot. Atau di tempat les bahasa Inggris. Atau bisa juga karena kamu yang lagi beres-beres kamar menemukan satu lembar foto doi dalam pose yang bikin kamu tersepona. Tapak kenangan dirinya ternyata belum hilang sepenuhnya dari benakmu. Duh… gimana menyikapi rasa ini?
Padahal kamu tahu bahwa jalinan cinta itu tak mungkin lagi untuk diulang. Ia hanya penggalan masa lalu yang kudu dikubur dalam-dalam. Terus, gimana dong?
Ketika si dia hadir kembali
Setelah beberapa saat mampu melupakan bayangan dirinya, tak disangka tak diduga tiba-tiba si dia hadir lagi dalam kehidupanmu. Kehadirannya pun mampu menghadirkan suasana haru-biru yang dulu pernah singgah di hatimu. Meski kalian sudah tak ada lagi ikatan, kenangan lama itu begitu indah untuk dilewatkan begitu saja. Bagaimana pun, kamu masih menyimpan direktori memori itu dalam salah satu sudut hati. Ehem…
Tenang aja, yang namanya perasaan itu bersifat ghoib kok, nggak terlihat. Karena nggak terlihat maka tak bisa pula dikenai hukum. Tapi meskipun bebas dari hukum, bukan berarti kamu bisa bebas juga membiarkannya tanpa batas. Catet ye!
Bukanlah ada Yang Maha Mengetahui baik yang ghoib dan yang nyata? Ya, meski tak ada satu pun teman yang memergoki, tapi kamu pantas malu dong sama Dia. Ia Yang Maha Memantau kondisi hatimu. Lagi pula, kalo yang namanya rasa, meski nggak terlihat tapi ia akan membekas pada perbuatan. Jadi, bisa aja kamu tanpa sadar menyebut namanya. Atau setengah pingsan berusaha lewat depan kelasnya hanya demi bisa melihat sosoknya meski sekilas. Duh… sampe sebegitunya ternyata kalo perasaan dimanjakan.
Padahal sedari awal ketika kamu mengambil keputusan untuk mem-PHK dia, kamu sudah sadar sesadar-sadarnya bahwa pacaran adalah salah satu jalan syaitan untuk mengajak maksiat. Karena kamu nggak mau jadi teman syaitan, maka kamu pun nggak mau lagi pacaran. So, sebetulnya kamu itu udah paham kok bagaimana menyikapi pacaran. Cuma yang kamu agak nggak paham adalah menyikapi kenangan yang kadangkala timbul tenggelam kayak tanpa dosa, gitu.
Apalagi biasanya mereka yang sebelumnya menjadi aktivis pacaran, biasanya rentan banget untuk diajak balik oleh sang mantan. Memang sih nggak semua, cuma jaga-jaga aja kalo ternyata kamu ternyata adalah tipe yang lemah ini. Waspadalah!
Hati-hati musang berbulu domba
Jangan terjebak dengan bujuk rayu dunia. Entah sang mantan ngajak balik, or ada ikhwan berbulu domba yang ngajakin kamu pacaran dengan bingkai Islam. Mulutnya manisnya ngajak ta’aruf tapi aktivitasnya nggak beda jauh dengan pacaran. Eh, ternyata karena si ceweknya lemah iman (tentu cowoknya juga dong), mau aja ia nginap berhari-hari di rumah si ikhwan tanpa hajat alias keperluan syar’i yang jelas, misalnya.
Meskipun sudah jadi calon suami dan bawa teman sekampung, kamu masih belum boleh tuh nginap di rumahnya. Apalagi pake acara pelesir ke tempat-tempat rekerasi. Duh duh… di mana pemahaman kamu tentang hukum syara? selama ini? Or jangan-jangan kamu bolos ya waktu pembahasan topik pergaulan dalam Islam? Atau.. memang nggak paham?
Kamu kudu hati-hati, saat ini banyak ikhwan jadi-jadian kayak gini. So, biar kamu nggak terjerumus lagi, niatkan hijrahmu ini karena Allah saja, bukan yang lain. Lalu berkumpullah dengan orang-orang sholeh dalam hal ini akhwat-akhwat sholihah yang menjaga diri dan pergaulan. Dengan berkumpul bersama mereka, akan ada orang yang akan menjaga dan menasihati kamu bila akan salah langkah.
Kalo sudah sampe pada tataran ini, kamu kudu introspeksi. Apa yang salah pada dirimu? Kenapa bayangan doi masih menari-nari? Kenapa kenangan itu sulit dihapus dari hati?
Pertama, mungkin saja kamu lagi krisis hati yang bermula dari kekurangdekatan kamu pada Yang Maha Membolak-balik hati. Kamu masih punya sekian banyak waktu luang sehingga terbuka peluang untuk bengong. Padahal yang namanya syaitan itu paling demen masuk pada momen ini. Panjang angan-angan dengan banyak melamun.
Kedua, ganti kacamata yang kamu pake. Si mantan boleh jadi adalah seseorang yang terlihat begitu perfect di matamu. Udah cakep, tajir, ramah, baik hati, suka menolong, rajin menabung, patuh pada orang tua, rajin sholat lagi. Bagi yang belum paham hukum pacaran, cowok tipe ini adalah all girls ever want.
Jadi bisa aja kamu begitu dengan berdarah-darah saat memutuskannya. Hehehe..biar hiperbolis gitu kedengarannya. Maksudnya, kamu sebetulnya masih sayang sama dia dan nggak ingin pisah darinya. Tapi kesadaranmu terhadap keterikatan pada hukum Allah Swt., bahwa pacaran adalah aktivitas mendekati zina, jauh lebih kamu pilih daripada kelembutan si dia.
Ketiga, bisa jadi kamu ternyata nggak begitu paham konsep jodoh. Kamu mati-matian masih berat sama dirinya meski udah putus. Ada terbersit rasa takut dalam dirimu gimana kalo ternyata si mantan nikah sama cewek lain.
Itu artinya, kamu belum benar-benar putus dan mengikhlaskan dirinya pergi. Jadinya, kamu masih ada harap-harap si dia akan datang dan ngajakin kamu merit. Padahal harapan itu jauh panggang daripada api alias sulit terwujud. Lha wong ternyata pacarmu saat ini malah asyik berlumur maksiat dengan punya cewek baru setelah kamu putus.
Iman adakalanya bertambah dan berkurang. Ketika imanmu sedang tinggi-tingginya, kamu begitu pasrah dan ikhlas melepaskannya. Tapi ketika iman sedang down, kamu merasa begitu sayang dan ingin kembali padanya. Itu sebabnya ada resep sederhana: iman bertambah jika taat kepada aturan Islam, iman berkurang tentu jika kita maksiat kepada Allah dan RasulNya. Pilih mana ayo? Orang cerdas, pilih taat syariatNya dong ya. Betul ndak?
Yakinlah pada takdirNya
Yakin pada qadha alias keputusan Allah yang ditetapkan atas diri kita, adalah kuncinya. Selama kita telah berjalan pada rambu-rambu syariatNya, maka selebihnya bertawakallah. Allah hendak menguji imanmu, apakah kamu lebih mencintai sang mantan pacar ataukah taat pada aturanNya? Kamu nggak bisa dong mengaku-aku beriman padahal belum jelas siapa saja yang bakal sanggup melewati pintu-pintu ujian itu. So. ati-ati deh.
Ada sebuah peristiwa, sepasang remaja yang saling mencinta harus rela memutuskan ikatan tanpa status yang mereka punya alias pacaran. Kedua pasang remaja ini adalah pasangan idola di masa SMA. Beberapa tahun kemudian, yang akhwat alias remaja putri tadi memutuskan untuk menerima khitbahan seorang ikhwan. Entah dengan alasan apa, ia memutuskan tidak mau melihat siapa calon suaminya hingga akad tiba. Ia hanya percaya saja pada pembina ngajinya tentang kualitas nih ikhwan. Sumpah!
Dan tepat ketika akad nikah tiba, saat ia harus mencium tangan suaminya, ia mendongak dan jatuh pingsan. Apakah suaminya bewajah seperti beast hingga ia shock? Ternyata sebaliknya. Suami yang kini telah sah menjadi pasangan jiwanya adalah seseorang yang begitu dalam terpatri di lubuk hatinya. Kekasih yang diputuskannya karena Allah dan saat ini Allah pula yang menyatukan sang kekasih dengan dirinya lagi.
Tapi kamu jangan buru-buru gembira dulu. Wah, asyik, aku putusin aja sang pacar sekarang. Beberapa tahun lagi ia pasti akan datang meminang dan menikahiku. Waduh, kalo gitu caranya, kamu taat syariat tapi dengan pamrih tuh. Namanya nggak ikhlas, Non. Padahal sebuah amal nggak bakal diterima bila bukan semata-mata hanya mengharap ridhoNya saja. Jadi, pamrih yang dibolehkan cuma ridho Allah, lain tidak.
Karena ada juga sebuah kisah lain yang tidak sama dengan yang di atas. Nih akhwat cakep banget dan di masa jahiliyah sebelum paham Islam dengan baik dan benar, pacar-pacarnya selalu cakep dan kaya. Setelah ngaji, ia pun memPHK pacarnya dan tak mau lagi berhubungan dengan mereka.
Dua tahun mengaji, ada ikhwan datang meminangnya. Kondisi ikhwan ini sangat jauh dari tipe laki-laki yang pernah menjadi pacar-pacarnya. Secara fisik, nih ikhwan lebih pendek dari si gadis. Apalagi kakinya juga cacat sebelah. Secara harta, ia pun masih awal dalam pekerjaannya. Tapi apa yang dilakukan oleh si gadis? Ia menerima ikhwan ini karena satu hal, kesholehannya.
Kemungkinan ini sangat bisa terjadi. Mungkin secara fisik dan harta, jodohmu tak seindah yang pernah menjadi pacar-pacarmu. Tapi satu hal, bila kesholihan seseorang yang kamu jadikan patokan, maka insya Allah akan barokah dunia akhirat. Dan yang utama, niat atau motivasi kamu dalam beramal sangat menentukan kualitas dirimu ke depan.
Aku baik-baik saja
Yakinkan dirimu dengan prinsip: “Aku akan baik-baik saja “(meski tanpa si doi). Jangan terlalu memanjakan perasaan. Kenangan itu hadir kalo kamu emang berusaha menghadirkannya. Emang sih, kenangan itu nggak mungkin bisa terhapus dari memori hatimu. Bahkan, ia merupakan bagian dari proses pendewasaan kamu untuk melangkah ke masa depan. Tapi, itu bukan alasan untuk kemudian berlarut-larut dalam kenangan yang tak berkesudahan. Sebaliknya, tanamkan dalam diri bahwa kamu akan menjadi seseorang yang lebih baik dengan menanggalkan masa lalu yang berlumur dosa akibat menjadi aktivis pacaran.
Jangan mengulang kesalahan yang sama ketika kamu sudah meng-azzam-kan diri alias bertekad untuk berubah. Kalo ternyata sikap dan kelakuan kamu masih sama, bukan nama kamu saja yang bakal jelek. Tapi citra muslimah berjilbab dan anak ngaji pun akan tercoreng. Ibarat susu sebelanga, jangan sampai kamu menjadi nila setitik itu.
Pancangkan tekad kuat bahwa kamu nggak akan pernah tergoda lagi untuk ngulangin pacaran. Kamu nggak akan terbuai oleh embel-embel Islam padahal sejatinya adalah maksiat. Dan supaya nggak terjatuh ke lubang yang sama, kamu kudu rajin mencari ilmu tentang batasan pergaulan dalam Islam. Jangan menjadi anak ngaji hanya karena pingin dapat jodoh dari sana. Sesungguhnya setiap amalan dinilai Allah berawal dari niatnya.
Yakinlah kamu akan baik-baik saja kok meski tanpa sang mantan or si ikhwan jadi-jadian. Jodohmu sudah tertulis sejak mula ruhmu ditiupkan. Bahkan Allah telah menjanjikan bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan perempuan yang baik juga untuk laki-laki yang baik. Begitu sebaliknya (coba deh kamu buka al-Quran surat an-Nuur ayat 26).
Kamu nggak usah resah dan gelisah masalah jodoh. Toh kita hidup bukan cuma ngurusi masalah satu ini kan? Selama kamu maksimal beikhtiyar dengan jalan yang baik dan benar, jodoh yang datang nanti juga nggak jauh dari kualitasmu. Yakin aja.[ria: riafariana@yahoo.com]
link: http://dudung.net/index.php?naon=depan&action=detail&id=897&cat=4
http://buletinstudia.multiply.com/journal/item/55

Buletin Remaja Studia terbit setiap Senin sejak Januari 2000, “Gaul, Syar’i, dan Mabda’i” Penerbit: Studia Publication. HP 0812-8841181. Website: http://www.dudung.net dan buletinstudia.multiply.com, e-mail: redaksi.studia@dudung.net dan studia@gmx.net Mailing List: buletin-studia@yahoogroups.com.
http://www.gaulislam.com/setelah-putus-pacaran
============================================================
Kiat Mengenal Calon Tanpa Pacaran
Karya : Kak Hadi Bin Ahmad
Untuk mengenal calon tanpa pacaran dapat kita ketahui melalui cara-cara yang efektif, yaitu :
1.Bertanyalah kepada orang yang dianggap paling dekat dengan calon tersebut yang dapat dipercaya sehingga Insya Allah informasi yang kita dapatkan cukup objektif. Dari sinilah kita dapat mengenali sifat-sifat yang tidak nampak dalam tampil sekejap dan sifat-sifat ini penting bagi yang ingin membangun rumah tangga bersama. Dalam sebuah syair diungkapkan ‘ Jika kamu ingin bertanya tentang seseorang tanyalah kepada orang terpercaya yang paling dekat dengan orang tersebut (sahabat), karena orang yang saling bersahabat itu saling mempengaruhi”. Namun untuk mengetahui penampilan/fisiknya tentu dengan melihat dan cara melihatnya tanpa sepengatahuannya.
2.Untuk mendapatkan kemantapan, lakukanlah sholat istikharah dan mohonlah kepada Allah karena Dia yang paling tahu mana yang terbaik untuk kita. Rasulullah saw bersabda : ”Kalau anda menginginkan sesuatu maka lakukan salat dua rakaat, rakaat awal setelah membaca al-Fatihah membaca al-Kafirun dan pada rakaat kedua surat al-ikhlas lalu berdoa…… ( doa istiharah).
3.Setelah memiliki kecendrungan yang kuat untuk mempersunting maka langkah selanjutnya adalah perkenalan (ta’aruf) antar keduanya secara lebih dekat yaitu secara langsung, namun tetap menjaga norma-norma Islam.
4.Setelah itu, maka diteruskan dengan proses berikutnya sampai akad nikah. Tentu dalam hal ini kedua keluarga memiliki kontibusi yang sangat dominan. Karena keterangan no 1-3 baru menjelaskan bagaimana mengenali sang calon tanpa pacaran.
5.Kenapa untuk mengenali sifat-sifat calon tidak melalui pacaran terlebih dahulu ? Karena Pernikahan yang diawali dengan pacaran dapat diibaratkan membeli buku yang dijadikan contoh(sample) dari jenis buku yang mahal. Umumnya buku yang seperti ini di toko-toko buku dibungkus dengan plastik rapat disertai peringatan yang bertuliskan Membuka berarti membeli ‘sehingga bagi para pembeli untuk mengenali buku tersebut secara terperinci ada dua pilihan, yaitu pertama, dengan membuka buku tersebut dan membacanya, akibatnya buku tersebut sangat lecek dan makin lusuh bila semakin banyak orang yang membacanya. Akhirnya hampir semua pembeli menolak untuk menerimanya sebagai barang beliannya kecuali sangat memaksa. Membeli buku seperti inilah ibarat pernikahan yang diawali dengan pacaran. Pilihan kedua, karena buku tersebut mahal terbungkus rapi dan membukanya adalah berarti membeli maka untuk mengetahui isinya sang pembeli bertanya kepada petugas melalui katalog komputer atau terlebih dahulu bertanya kepada orang yang telah memiliki dan membacanya sehingga dia memperoleh buku yang benar-benar baru belum pernah disentuh oleh siapapun termasuk pembelinya. Inilah ibarat orang yang menikah dengan tidak proses pacaran tadi.
Pada interval menanti hingga akad nikah nanti memang sering terjadi rindu kangen dan seterusnya. Rindu yang seperti ini merupakan kerinduan yang menjadi kesempurnaan sifat manusia. Kerinduan yang tidak mampu di tolak oleh manusia itu sendiri.
Imam Ibnu Qoyyim mengkatagorikan sebagai rindu yang sah-sah saja terjadi pada setiap manusia dan manusia tidak mampu memilikinya dan menolaknya, sepanjang tidak dibawa oleh kerinduan tersebut kepada ma’siat kepada Allah bahkan kita bersabar untuk menahannya maka hal itu tidak apa-apa dan itulah rindu yang karena Allah.
Tetapi jika rindu tersebut justru yang membawa kita ke jalan hawa nafsu itulah rindu karena hawa nafsu bukan karena Allah. Wallahu ‘alam
http://lixzz.blogspot.com/2010/08/karya-kak-hadi-bin-ahmad-untuk-mengenal.html
====================================================================
Ngejomblo Sehat
Nobody wants to be lonely
Nobody wants to cry
My body’s longing to hold you
so bad it hurts inside
Siapa sih yang betah ngejomblo? Nobody wants to be lonely, kata Ricky Martin dan Christina Aguleira. Ngejomblo itu garing. Alone in the crowd – sendirian di tengah keramaian Kita ngejomblo sementara teman-teman pada bawa gebetan. Manyunlah kita.
Ngejomblo, Rugi?
Itulah yang dirasakan ama Muhlis, salah seorang pejomblo yang sukses dicegat kru Sobat Muda. “Nggak enak banget,” komentarnya cepet soal statusnya yang masih jomblo. Apa sih nggak enaknya? “Nggak ada temen curhat, khususnya untuk soal-soal yang pribadi. Lebih parah lagi yang dialami Ahmad yang sekolah di SMU PGRI I, ia suka diledek teman-temannya, ”Mereka bilang ’Lontong Sayur!’ hahaha,” katanya sambil ngakak.
Lho emangnya nggak bisa dengan temen-temen? “Bisa sih, tapi kan terbatas banget topiknya,” jawabnya. Selain terbatas, Muhlis juga khawatir banget kalau temen yang diajak curhatnya kagak jujur dalam ngerespon perasaannya. Lebih serem lagi kalau mereka nggak amanah alias ember ngebocorin rahasia pribadi ke orang lain. “Bisa aja di depan kita dia keliatannya ngedukung, padahal sih cuma untuk nyenengin perasaan kita aja, atau malah ngebocorin rahasia kita.”
Wah, wah, wah, rumit juga ya ngejalanin hidup jadi jomblo. Udah sendirian kudu hati-hati juga nyari teman yang bisa diajak curhat. Sedih deh, ihik, ihik.
Menurut cowok yang bekerja jadi customer care di sebuah bank swasta di Jakarta ini perasaan nggak enak ngejomblo juga dialami teman-temannya di kantor. Ada perasaan senang saat kumpul bersama sesama pejomblo soalnya ngerasa ada teman senasib dan seperjuangan (he…he…). Mereka juga suka sama-sama curhat soal nggak asyiknya jadi jomblo. Ruginya jadi pejomblo makin kerasa kalau ada kabar teman sekantor yang married. Apalagi kalau doi umurnya lebih muda, bisa makin gigit jari.
Selain nggak ada teman curhat, kerugian lain jadi pejomblo adalah soal keteraturan hidup. Namanya juga jomblo, mau pergi ke mana en kapan aja ya suka-suka. Pulang ke rumah juga nggak ada yang nungguin. Akhirnya hidup emang kurang teratur. Dalam urusan duit juga begitu, nggak teratur. Uang sering kepake untuk urusan yang nggak jelas.
Hindari Pacaran
Untuk pejomblo seperti Muhlis, yang udah terbilang dewasa dan mapan pula, barangkali akhir masa jomblo tinggal sesaat. Sewaktu ditanya kapan mau married, dengan mantap cowok keturunan Gorontalo ini ngejawab, “As soon as possible!” Nah, nggak salah kalau doi emang lagi serius banget nyari pasangan buat diajak nikah. He…he…he…ngebet ni ye? Doi cuma mesem-mesem.
Lalu gimana buat pejomblo yang masih sekolah atawa kuliah? Mau nikah kejauhan en belum mampu, ngejomblo terus nggak enak. Serba bingung. Kalau nggak kuat iman bisa jadi kebawa kebiasaan umum; pacaran! Daripada malam Minggu bengong, alasan mereka, mendingan cari gebetan. Ya, bisa buat curhat deh atau bisa dipamerin pada temen-temen bahwa gue juga bujangan yang laku.
”Kalo punya pacar kan ada yang sayang sama kita, ada yang merhatiin kita. Hehehehe” tambahnya. Yup, pergaulan yang udah bebas khususnya bikin hubungan sebelum kawin dianggap jamak, biasa aja lagi. Tengok aja kiri-kanan kita, banyak betul temen-temen yang ngelakuin kegiatan yang satu ini. Kalau nggak tahan godaan kuping bisa panas denger cerita mereka yang udah pada punya gebetan. Yang ceweknya cakep lah, yang apel malam Minggu-nya romantislah, dll. Pacaran memang jadi jalan ‘pembunuh’ sepi bagi para pejomblo. Itulah yang dikatakan Ika yang masih duduk di bangku SMP ini, ” Sirik juga sih gua hehehe. Mereka bisa kok aku nggak bisa. Bagi yang biasa pacaran ngejomblo nggak enak Mas!”
Meski motif berpacaran juga macam-macam, ada yang emang seurieus, tapi lebih banyak lagi yang cuma iseng-iseng. Kalau cocok jalan terus sampe kawin, kalau nggak ya bubar tengah jalan. Toh nggak rugi karena belum ada komitmen, kata mereka.
Tapi apa bener pacaran itu nggak rugi? Nggak juga.
Secara materi pacaran itu pastinya pemborosan. Mereka yang berpacaran pastinya keluar banyak uang untuk ongkos, pulsa telepon, makan-makan, atau ngebeliin do’i sesuatu. Belum lagi soal perasaan dan komitmen hubungan yang nggak bisa diukur pake rupiah. Dan pastinya, pacaran itu jadi jembatan menuju perbuatan maksiat; zina! Amit-amit. Wah, kalau udah begitu mah rugi amat berpacaran.
Jomblo Sehat
Yup, jadi jomblo emang kudu pinter-pinter nyiasatin bete-nya jadi jomblo. Kalau nggak bisa kecebur dalam pergaulan yang nggak sehat. Atau bisa jadi meratapi diri yang masih menjomblo.
Selain itu juga harus bisa nyari berbagai kegiatan positif supaya hidup kita tetap sehat dan optimis, dan nggak tergoda untuk melakukan hal yang nggak-nggak semisal pacaran. Ini ada beberapa langkah yang bagus buat para pejomblo:
§ Pahami karakter cinta
Menurut Muhammad Muhammad Ismail dalam bukunya Fikrul Islam, cinta itu kebutuhan naluri bukan jasmani. So, seandainya nggak terpenuhi nggak akan menyebabkan gangguan kesehatan apalagi mengantarkan orang pada kematian. Dengan memahami karakter cinta kaum cowok nggak perlu grasa-grusu, resah apalagi minder karena ngejomblo. Terima aja kenyataan kita masih ngejomblo. Lagian secara psikologis kaum cowok itu nyaris nggak ada expire date-nya. Ia bisa married pada umur berapa aja. Malahan, semakin dewasa seorang cowok biasanya makin disuka. Ini beda banget dengan kaum Hawa, mereka sering dilanda kecemasan seandainya belum menikah pada usia tertentu.
Tapi itu bukan berarti ngejomblo forever itu baik dan sah. Menurut agama sengaja ngejomblo, baik untuk niat maksiat alias jadi playboy, ataupun untuk niat beribadah (tabattul) adalah haram. Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada kependetaan (ruhbaniyyah) di dalam Islam”.
§ Kembangkan dirimu, guys!
Mumpung masih single, kembangkan segala kemampuan diri. Uber tuh yang namanya prestasi sekolah, habiskan waktu dengan yang namanya kegiatan belajar. Kalau masih kurang, kamu yang ngejomblo bisa ambil aneka ekstra kurikuler; olahraga, kegiatan ilmiah, sampe pengajian. Sekedar tahu aja, kalau kelak kamu udah married, nggak gampang bikin kegiatan pengembangan diri. Maklum, udah punya anak ama bini he…he… Waktu, konsentrasi dan tenaga lebih udah bercabang-cabang.
§ Cari kegiatan yang asyik
Muhlis hobi banget maen sepak bola. Katanya, selain biar sehat badan juga untuk cari kesibukan. Nah, kamu bisa cari aneka kegiatan yang asyik. Daripada jalan-jalan ke mall, atau ngelamun mendingan bikin acara yang positif.
§ Nggak usah minder
Jangan terprovokasi dengan sebutan banci atau kagak laku gara-gara masih ngejomblo. Juga nggak usah panas ati ngeliat temen-temen udah pada punya pacar. Kalem aja. Toh, kamu nggak ngerjain sesuatu yang haram. Seseorang pantas minder kalau berbuat sesuatu yang memalukan menurut syara’, bukan apa kata orang.
§ Jangan banyak ngelamun
Penyakit akut para pejomblo adalah ngelamun, berpikir kalo dirinya adalah unlucky guy. Boys, ngelamun hanya akan menambah penderitaan. Mendingan berpikir positif, bahwa dengan keadaan kayak sekarang kamu bisa nyetak banyak prestasi dan pengembangan diri. Ketimbang ngelamun cari deh kegiatan lain. Sama beracunnya dengan ngelamun adalah ngerumpiin cewek atawa akhwat dengan sesama pejomblo. Wah, itu sih udah bisa kebilang ghibah. Lagian, cuma bikin ati panas, nafsu gede, sementara nggak bisa ngejangkau.
§ Jangan goda diri sendiri
Banyak pejomblo yang senang menggoda diri sendiri. Mereka datang ke tempat-tempat yang di sana ada kaum akhwatnya. Istilah seorang kawan, “berburu jilbab”. Entah itu di pesta pernikahan, pengajian bahkan sampai acara-acara unjuk rasa. Ampun! Boys, itu hanya ngerusak pikiran, hati dan juga amal kita. Tentu saja nggak semua pejomblo kayak begitu, ini sih sekedar ngingetin aja.
Terakhir, banyakin ibadah terutama berdoa pada Allah agar dijauhkan dari perbuatan maksiat. Selain juga minta padanya agar suatu saat dijodohkan dengan orang yang baik agamanya dan dunianya. Amin! Simak aja deh lagunya Puff Daddy dan Usher di bawah ini:
I need a girl
to be my wife
Hidup Teratur Boyz!
Salah satu penyakit kaum jomblo adalah hidup kagak teratur. Jadual kegiatan sampai urusan makan sering berantakan. Ada yang beralasan idup baru teratur setelah married. Hmm, itu ada benarnya tapi bukan berarti sama sekali pejomblo itu nggak bisa teratur. Kamu kudu coba, insya Allah hidup terasa sehat, nikmat dan nikmat. Coba deh tips-tips di bawah ini:
1. Bangun pagi-pagi. Cobalah bangun sebelum azan subuh berkumandang. Mandi, berwudlu dan shalat berjamaah.
2. Baca Al Qur’an. Kalau sempat tingkatkan jumlah hapalan.
3. Pelajari kegiatan hari ini. Ada baiknya jadual kegiatan sudah ditulis pada malam sebelumnya. So, pagi-pagi kamu tinggak menceknya saja.
4. Dalami pelajaran untuk hari ini. Penting banget lho biar nggak cengo’ di kelas. Bisa kamu kerjakan sambil denger berita di tivi atau di radio, atau oke juga sambil denger musik.
5. Sarapan. Meski sedikit tapi vital banget biar badan nggak lemes sampai siang hari.
6. Berangkat sekolah, kuliah atau kerja.
7. Pulang ke rumah. Bukan berarti jalan-jalan itu nggak boleh, tapi jangan sampai keasyikan sampai lupa waktu. Ingat, besok kegiatan kamu juga sama padatnya.
8. Kumpul dengan keluarga. Yang sering dilupa oleh para jomblo adalah kumpul bareng keluarga, umumnya mereka lebih seneng jalan bareng temen ketimbang ama keluarga. Cobain deh ngerumpi bareng keluarga. Selain menambah kedekatan juga banyak masukan yang baik untuk kita.
================================================================
Zina Dalam Label “Pacaran”
Karya : Erwin Arianto
Sedih dan mengenaskan dua kata yang saya pilih saat saya bertemu dengan seorang sahabat yang ternyata hamil diluarnikah, oleh seorang kekasihnya yang tidak bertanggung jawab, seperti sebuah tayangan di sinetron ditelevisi, sudah menjadi sebuah kisah nyata yang ada pada masyarakat, hal ini adalah salah satu hasil Televisi dan tayangan media lain dalam merusak budaya yang ada pada masyarkat.
Saat ini cinta yang identik dengan pacaran adalah hal yang lumrah, hal ini dapat di lihat dalam beberpaa sinetron di televisi, bahkan anak SD pun sudah ditayangkan dalam hal pacara/percintaan. Apa yang dilakukan oleh orang yang berpacaran? secara kasat mata orang itu akan berpegangan tangan, lalu apa sih pacaran itu Pacaran diidentifikasikan sebagai suatu tali kasih sayang yang terjalin atas dasar saling menyukai antara lawan jenis. Apabila kita lihat secara sepintas dari definisi diatas mungkin dapat disimpulkan bahwa pacaran itu merupakan suatu yang wajar dilakukan dikalangan kita saat ini.
Terlepas dari tujuan Awal mungkin tujuan dari pacaran adalah untuk saling mengenal,untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, tapi pada tingkatan tertentu pacaran bisa jadi sebagai pelampiasan hawa nafsu bagi dua insan yang berbeda jenis. coba telaah dari beberapa kasus pacaran berapa persen yang memang pengenalan menuju pernikahan? jawabannya adalah sangat sedikit sekali, apakah benar yang sudah pacaran lama akan jadi dan menikah? jawabanya adalah tidak.Ketika kita pacaran, resiko yang kita dapat adalah patah hati, sakit hati, dan kita mendekati zina (bagaimana tidak kalau pacaran kemungkinan besar kita akan berpegangan tangan, Berciuman, atau bahkan melakukan zina/Bersetubuh)
fenomena hamil di luar nikah begitu marak, dan masyarakat pun sudah menganggap hal ini sebagai sesuatu yang biasa. Di mana-mana ada pemilu (pengantin hamil dahulu). Ironisnya, maksiat ini banyak dilakukan umat Islam, padahal Islam mengajarkan umatnya agar jangan mendekati zina… tapi kenapa hal ini bisa terjadi karena masyarakat tidak menjalankan islam secara menyeluruh, dan hasilnya Zina dan pacaran menjadi hal yang wajar dan biasa di mata umat islam dan penduduk indonesia pada umumnya.
Inilah dampak kebebasan yang begitu diagung-agungkan, begitu banyak Media Televisi,Majalah,Koran,DVD, FIlm, Internet yang menayangakan informasi yang salah, dan ini salah satu dampak kehancuran budaya bangsa akibat tayangan TV yang tidak bermoral. hal ini dapat kita lihat dari perubahan pandangan di masyarakat terjadi Perubahan nilai atau cara pandang terhadap pergaulan antar lawan jenis pun berubah. Kalau dulu, pacaran atau bermesraan di depan umum dianggap tabu, kini hal itu dianggap biasa. Jangankan bersentuhan atau sekadar berciuman, yang lebih dari itu pun dilakukan, dengan tanpa rasa malu! Naudzubillah min jalik…
Banyak kasus, karena hubungan pacaran yang terlalu bebas, dua insan yang dimabuk cinta.saat Hawa nafsu telah membius mereka, maka zina terjadi. Allah telah melarang mendekati zina apalagi kita berbuat zina, karena kalau kita telaah secara nalar dan akal, konsekuensi dari berbuat zina adalah sungguh berat dan membuat cemoohan dan siksa batin yang berat.
Bagi seorang gadis yang hamil di luar nikah karena zina, seringkali menyisakan rasa malu yang dalam. Gara-gara hamil di luar nikah, sekolah terpaksa kandas. Dan semua orang tahu, kini ia tidak gadis lagi. Duh, malu …rasanya! Tambah malu lagi, bila sang pacar tidak mau mengakui atau bertanggung jawab atas perbuatannya. Bila begini jadinya, rasanya, habislah sudah masa depannya. Penyesalan pun selalu datang terlambat. maukah anda atau keluarga kita mengalami hal ini..? pasti tidak mau kan, tapi mengapa kita membiarkan saudara, anak kita mendekati zina?
Tidak kah juga kita fikirkan saat kita berbuat kenikmatan sesaat sebuah konsekuensi lainya, kemarahan dan aib orang tua, rasa malu seorang anak yang ada karena perbuatan zina, jika kelak ia tahu, bahwa ia lahir ke dunia ini disebabkan perbuatan yang memalukan. zina adalah perbuatan yang sepantasnya hanya dilakukan binatang.
Normalnya, dalam pernikahan, kehadiran anak dianggap sebagai anugrah yang tak ternilai harganya. Tapi, bila anak terlahir dari hubungan di luar nikah, maka ia pun dianggap sebagai aib. Tak jarang, sebelum ia lahir ke dunia, orangtuanya berusaha menggugurkannya. Setelah lahir pun, seringkali ia hanya dibuang begitu saja, seperti sampah yang tak berharga. dan sebuah dosa lain akan tercipta disini yaitu sebuah pembunuhan sebuah nyawa. Zina dapat menyemai permusuhan dan menyalakan api dendam antara keluarga wanita dengan lelaki yang telah berzina dengannya.
Jika wanita yang berzina hamil dan untuk menutupi aibnya ia mengugurkan kandungannya itu maka dia telah berzina dan juga telah membunuh jiwa yang tidak berdosa . Jika dia ialah seorang wanita yang telah bersuami dan melakukan kecurangan sehingga hamil dan membiarkan anak itu lahir maka dia telah memasukkan orang asing dalam keluarganya dan keluarga suaminya sehingga anak itu mendapat hak warisan mereka tanpa disedari siapa dia sebenarnya. Amat mengerikan, naudzubillah min dzalik.
Terlepas dari sah atau tidaknya pernikahan MBA biasanya tidak akan membawa kebahagiaan yang langgeng dalam rumah tangga. Sebab pernikahan sudah kehilangan makna, tidak sakral lagi. Tak ada ‘malam pertama’ yang indah nan penuh kejutan. Karena semua dirasakan sebelum menikah. Mungkin, yang ada justru kejenuhan, penyesalan dan keterpaksaan. Zina menghilangkan harga diri pelakunya dan merosakkan masa depannya di samping meninggalkan aib yang berpanjangan bukan sahaja kepada pelakunya malah kepada seluruh keluarganya. Penzina yang berani melakukan maksiat ini dengan terang-terangan lebih buruk daripada mereka yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi.
Jadi masihkah kita mau mendekati zina,atau dengan kata lain “bercinta” kalau konsekuensi logis dari pacaran atau zina bila yang kita dapat adalah sebuah kenikmatan semu? mau kah kita menjaga keluarga kita dari ancaman zina yang membius dan mengancam dari berbagai pihak. Semoga tidak ada lagi perbuatan haram yang memang berakibat buruk bagi kita semua.
“Terbius zina sesaat, Sesal kita selamanya”
Depok 2 juni 2008
Erwin Arianto
http://erwin-arianto.blogspot.com/2008/06/zina-dalam-label-pacaran.htm
tentang-pernikahan.com –
=======================================================================
Yang Jauh Dinanti Yang Datang Ditepis
Akhlaq bagus, berpendidikan tinggi, wawasan luas, berwajah tampan pula. Belum lagi didukung dengan kemapanan ekonomi yang bisa terlihat dari kendaraan dan rumah pribadinya. Meski demikian, kerendahan hatinya yang begitu menonjol menjadikannya begitu bersahaja. Tidak sombong dan justru sangat dermawan, dekat dengan segala golongan tidak memandang status dan membeda-bedakan orang berdasarkan kelas-kelas ekonomi. Terakhir yang tidak kalah pentingnya, mampu menunjukkan bakat kepemimpinan yang mumpuni. Bermimpikah bila ada gadis muslimah yang mendambakan seorang pendamping dengan kriteria diatas? Atau bolehkah memimpikannya?
Tentu saja, setiap orang -laki-laki maupun wanita- berhak menentukan kriteria orang yang akan dijadikan calon pendampingnya kelak. Karena, seperti yang dicita-citakan hampir semua wanita, cukup satu kali menikah untuk seumur hidup meski terkadang ada sebagian yang harus menerima kenyataan menikah untuk kesekian kalinya karena alasan-alasan tertentu. Terlebih bagi mereka yang memang diberikan kemurahan-Nya memiliki kualitas lebih dari yang lain, entah karena paras cantiknya, jenjang pendidikan, tingkat kemapanan ekonomi, lingkungan dan pergaulan, atau karena kelebihan-kelebihan lainnya, mereka yang dengan berbagai kelebihan yang dimiliki itu tentu saja lebih merasa berhak untuk mematok kriteria tinggi untuk seorang calon pendamping. Setidaknya, pikir mereka, “peluangnya lebih besar” meski harus disadari bahwa segala sesuatu yang bakal berlaku dalam hidup ini, tentu saja Allah penentu akhirnya.
Cantik, masih muda (dibawah 23 tahun atau masih berstatus mahasiswi), bukan hal aneh jika dikala ini masih cenderung membanding-bandingkan satu dengan yang lainnya untuk kemudian menentukan yang lebih baik. Bahkan bukan tidak mungkin masih menantikan hadirnya calon lain disamping yang sedang dibandingkannya. “Siapa tahu, yang datang kemudian lebih oke” pikirnya. Diusia seperti, ini idealisme seorang masih sangat tinggi sehingga, tidaklah heran jika ada orang yang membuat ‘joke’, salah satu kesibukan mereka adalah “sibuk nolak” terlebih terhadap laki-laki yang memang dianggap bukan kelasnya. Padahal yang ditolak itu sebenarnya juga “nggak rendah-rendah amat kualitasnya”, mungkin hanya kurang menarik, atau karena belum mempunyai pekerjaan mapan. Ada juga, alasan-alasan yang tidak masuk akal semisal perbedaan suku. Namun sudah pasti, ini tidak berlaku umum, karena buktinya, banyak juga mereka yang menikah diusia ini dengan menafikan hal-hal seperti wajah atau kemapanan ekonomi.
Sedikit diatas mereka (usia sekitar 25 tahun), baik mereka yang melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi atau sebagian yang lain yang sudah mendapatkan pekerjaan, mungkin saja kondisi tersebut mempertinggi ‘daya tawar’ mereka, namun justru pada usia ini pola pikir mereka tentang masa depan sudah mulai terbentuk dan punya arah yang lebih jelas. Pandangannya tentang calon pendamping tidak mutlak pada sisi fisiologis (tampan, berduit). Kalaupun ada pandangan ke arah tersebut, kadarnya pun tidak terlalu tinggi, setidaknya mereka juga lebih objektif mengukur dengan kualitas diri untuk disesuaikan dengan kriteria calon yang diharapkan.
Lain halnya dengan mereka yang sudah mendekati ‘kepala tiga’. Meski tidak bisa dipukul rata, namun tidak sedikit yang ‘banting harga’ di usia ini. Mereka yang ketika masih menjadi mahasiswi atau usia tidak lebih dari seperempat abad seringkali menampik kesempatan, menepis yang datang karena tingginya ‘idealisme’ dan patokan kriteria yang ditancapkan, mulai menurunkan kriteria calon, “Asal baik, sholatnya bener okelah”. Bahkan diusia kepala tiga, ada saja yang lebih gila-gilaan soal jodoh yang bisa terlihat dari ungkapan-ungkapan seperti, “asal ada yang mau”, “nunggu yang sholeh bener nggak datang-datang, yang ada ini juga bolehlah,” atau yang lebih ekstrim, “syukur ada yang mau”.
Patutlah menaruh hormat kepada para muslimah yang diusia kepala tiga atau lebih, tetap konsisten dengan mematok standar yang cukup realitis, Akhlak bagus (shaleh), jujur, amanah dan bertanggungjawab, berpenghasilan, serta memiliki jiwa pemimpin. Mereka tetap yakin bahwa Allah, dengan kerahasiaan-Nya sudah mengatur segala hal yang berkenaan dengan dirinya. Dengan tetap berkeyakinan seperti itu, kepercayaan dirinya mampu mengalahkan keresahan dan kegalauan yang terkadang muncul, “Hanya soal waktu, disinilah diuji kesabaran”, “Mungkin Allah mentakdirkan untuk lebih lama hidup sendiri” hiburnya. Ada pula wanita-wanita yang karena alasan tertentu sengaja menunda pernikahan. Mereka tidak pernah menyesal terlambat menikah, atau menyesal telah menepis sekian banyak pemuda baik-baik yang datang kepadanya. Mereka, tetap tegar menatap hidup merengkuh masa depan yang menanti.
Namun bagi yang ‘masih muda dan belum terlambat’, tiada salahnya juga untuk tidak segera menepis datangnya calon pendamping hanya karena kriterianya sedikit dibawah standar, karena siapa tahu -Maha Suci Allah dengan segala kerahasiaan-Nya- dialah yang sengaja dikirimkan Allah untuk anda. Karena juga belum tentu, pujaan hati dengan label tinggi yang selama ini dinanti segera datang, bahkan bisa jadi masih jauh. Who knows? Wallahu a’lam bishshowaab (Bayu Gautama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar