Di
televisi dan di koran-koran, kita baca tentang berita pembunuhan dan berbagai
tindakan kekerasan. Di persidangan, ketika kejadian itu ditelusuri asal dan
akarnya sang pelaku membeberkan bahwa semua itu ia lakukan karena rasa benci
atau tidak suka pada korban. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kita perlu
mengambil sikap awas terhadap munculnya rasa yang satu ini sebab rasa ini bila
dipelihara, dia menuntut korban; bisa diri sendiri bisa juga orang lain karena
bila kita tidak sanggup melampiaskan rasa ini terhadap orang yang kita benci,
dia bagai senjata makan tuan-dia akan balik menggerogoti kehidupan kita dari
dalam. Apapun yang baik yang dilakukan orang tidak pernah akan baik dan positif
di mata mereka yang memelihara rasa ini dalam hatinya. Kalau sudah begini
kenyataannya, untung apa pelihara rasa benci? Bila anda membenci seseorang anda
tak akan memperoleh apa-apa darinya, selain memperbesar rasa tidak suka kita
terhadap sesama. Kebencian membuat kita meniadakan kebaikan sesama padahal
mungkin darinya kita bisa belajar banyak bagaimana mengartikan hidup yang
singkat ini. Lebih dari itu membensi seseorang, anda merusak diri anda sendiri
dari dalam ibarat buah apel yang nampak menarik kulit pembungkus tetapi isinya
telah digerogoti ulat. Kebencian tak pernah akan menjadi jalan keluar
penyelesaian sebuah masalah. Anda dapat mengelak kehadiran orang yang anda
benci tetapi anda tak akan membunuh bayangannya dalam pikiran anda. Untuk
mengubah semuanya ini ubahlah rasa hati anda.
Hati
kita diciptakan untuk menjadi ruang tempat kasih bertumbuh, kita tidak pernah
dilahirkan untuk menjadi musuh bagi yang lain. Walaupun demikian kita tidak
bisa menghindari hadir rasa ini. Sebagaimana rasa kasih senantiasa mengiringi
setiap detak jantung kita, rasa bencipun sudah menjadi bayang-bayangnya sejak
adanya manusia dan selalu menanti saatnya untuk memainkan perannya. Karena itu,
dampak rasa ini bukan saja baru kita rasakan di jaman kita. Ceritera tentang
betapa dahsyatnya dampak kebencian itu telah disaksikan oleh Yesus sendiri.
Yohanes pembaptis, orang yang memberi kesaksian tentang kedatanganNya harus
mati dibunuh karena dendam atas sebuah pengungkapan kebenaran. Herodias meminta
kepala Yohanes sebagai hadiah buat puterinya. Satu peluang baginya untuk
membalas dendam atas teguran Yohanes yang menyakit. Kisah ini hendak
menggarisbawahi beberapa kenyataan; pertama, jangan pelihara rasa benci karena
kebencian membuka peluang untuk menghilangkan kehadiran orang yang dibenci.
Orang akan selalu menanti atau mencari peluang untuk melampiaskan
ketidaksukaannya terhadap sesamanya. Karena itu berhati-hatilah bila sekarang
anda sedang membenci seseorang. Karena kebencian tak akan pernah berhenti hanya
pada rasa ben-ci, bila dipelihara dia menuntut korban. Kedua, kebaikan yang
kita lakukan tidak selalu mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri; menyuarakan
kebenaran orang harus siap untuk dibenci, memiliki keberanian untuk berkorban
dan bersedia disingkirkan dari kebersamaan. Yohanes Pembaptis dipenjarakan dan
dibunuh karena ia berani menegur dan menyampaikan apa yang seharusnya tidak
boleh dilakukan Herodes. Lalu bagaimana dengan kita yang menyebut diri
orang-orang Kristen? Apakah dalam diri kita ada sedikit keberanian untuk
bersikap seperti Yohanes? Lebih banyak dari kita jadi korban, disingkirkan,
dipenjarakan, ditolak bahkan dibunuh bukan karena kebenaran tetapi kare-na kita
mengkhianati kenabian kita menyuarakan kebenaran. Kita justeru membangun kerja
samai dengan Herodes dan Herodias jaman ini demi kenyamanan diri. Ketiga,
Yohanes telah menunjukkan bahwa apapun konsekuensinya, apa yang menjadi tugas
dan kewajiban kita mesti tetap dijalankan. Rintangan harus dilihat sebagai
peluang untuk menemukan jalan baru untuk menuntaskan apa yang menjadi tugas
kita. Kebencian tidak akan pernah memadamkan api kebaikan dan nyala kasih. Satu
Yohanes pembaptis dibunuh akan muncul ribuan Yohanes Pembaptis baru untuk
menyuarakan situasi jamannya ibarat. Mungkinkah kita akan menjadi salah satu
dari mereka?
Hati
kita tercipta untuk menjadi ladang cinta akan kebaikan dan kebenaran. Dan
setiap orang kristen yang memiliki hati mesti mampu berbuat baik apapun
konsekuensinya, merasa terpanggil untuk menjadi jalan pulang bagi mereka yang
terlanjur salah jalan. Selain itu, kita diingatkan untuk tidak membiarkan rasa
benci tumbuh di ruang hati. Kebencian tak akan pernah menyesaikan masalah, ia
bukannya obat yang baik untuk sebuah hati yang terluka selain pengampunan dan
kesediaan untuk mencinta. Kalau anda tidak bisa menjadi seorang Yohanes pembaptis,
jangan pernah biarkan api kebencian merusak hatimu dan membakar sesama yang
adalah kembaran dirimu sendiri.
“Jangan pernah membenci karena kebencian selalu menuntut
korban”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar