Senin, 02 April 2012

JANGAN ADA BENCI DI HATI


Di televisi dan di koran-koran, kita baca tentang berita pembunuhan dan berbagai tindakan kekerasan. Di persidangan, ketika kejadian itu ditelusuri asal dan akarnya sang pelaku membeberkan bahwa semua itu ia lakukan karena rasa benci atau tidak suka pada korban. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kita perlu mengambil sikap awas terhadap munculnya rasa yang satu ini sebab rasa ini bila dipelihara, dia menuntut korban; bisa diri sendiri bisa juga orang lain karena bila kita tidak sanggup melampiaskan rasa ini terhadap orang yang kita benci, dia bagai senjata makan tuan-dia akan balik menggerogoti kehidupan kita dari dalam. Apapun yang baik yang dilakukan orang tidak pernah akan baik dan positif di mata mereka yang memelihara rasa ini dalam hatinya. Kalau sudah begini kenyataannya, untung apa pelihara rasa benci? Bila anda membenci seseorang anda tak akan memperoleh apa-apa darinya, selain memperbesar rasa tidak suka kita terhadap sesama. Kebencian membuat kita meniadakan kebaikan sesama padahal mungkin darinya kita bisa belajar banyak bagaimana mengartikan hidup yang singkat ini. Lebih dari itu membensi seseorang, anda merusak diri anda sendiri dari dalam ibarat buah apel yang nampak menarik kulit pembungkus tetapi isinya telah digerogoti ulat. Kebencian tak pernah akan menjadi jalan keluar penyelesaian sebuah masalah. Anda dapat mengelak kehadiran orang yang anda benci tetapi anda tak akan membunuh bayangannya dalam pikiran anda. Untuk mengubah semuanya ini ubahlah rasa hati anda.
Hati kita diciptakan untuk menjadi ruang tempat kasih bertumbuh, kita tidak pernah dilahirkan untuk menjadi musuh bagi yang lain. Walaupun demikian kita tidak bisa menghindari hadir rasa ini. Sebagaimana rasa kasih senantiasa mengiringi setiap detak jantung kita, rasa bencipun sudah menjadi bayang-bayangnya sejak adanya manusia dan selalu menanti saatnya untuk memainkan perannya. Karena itu, dampak rasa ini bukan saja baru kita rasakan di jaman kita. Ceritera tentang betapa dahsyatnya dampak kebencian itu telah disaksikan oleh Yesus sendiri. Yohanes pembaptis, orang yang memberi kesaksian tentang kedatanganNya harus mati dibunuh karena dendam atas sebuah pengungkapan kebenaran. Herodias meminta kepala Yohanes sebagai hadiah buat puterinya. Satu peluang baginya untuk membalas dendam atas teguran Yohanes yang menyakit. Kisah ini hendak menggarisbawahi beberapa kenyataan; pertama, jangan pelihara rasa benci karena kebencian membuka peluang untuk menghilangkan kehadiran orang yang dibenci. Orang akan selalu menanti atau mencari peluang untuk melampiaskan ketidaksukaannya terhadap sesamanya. Karena itu berhati-hatilah bila sekarang anda sedang membenci seseorang. Karena kebencian tak akan pernah berhenti hanya pada rasa ben-ci, bila dipelihara dia menuntut korban. Kedua, kebaikan yang kita lakukan tidak selalu mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri; menyuarakan kebenaran orang harus siap untuk dibenci, memiliki keberanian untuk berkorban dan bersedia disingkirkan dari kebersamaan. Yohanes Pembaptis dipenjarakan dan dibunuh karena ia berani menegur dan menyampaikan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan Herodes. Lalu bagaimana dengan kita yang menyebut diri orang-orang Kristen? Apakah dalam diri kita ada sedikit keberanian untuk bersikap seperti Yohanes? Lebih banyak dari kita jadi korban, disingkirkan, dipenjarakan, ditolak bahkan dibunuh bukan karena kebenaran tetapi kare-na kita mengkhianati kenabian kita menyuarakan kebenaran. Kita justeru membangun kerja samai dengan Herodes dan Herodias jaman ini demi kenyamanan diri. Ketiga, Yohanes telah menunjukkan bahwa apapun konsekuensinya, apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita mesti tetap dijalankan. Rintangan harus dilihat sebagai peluang untuk menemukan jalan baru untuk menuntaskan apa yang menjadi tugas kita. Kebencian tidak akan pernah memadamkan api kebaikan dan nyala kasih. Satu Yohanes pembaptis dibunuh akan muncul ribuan Yohanes Pembaptis baru untuk menyuarakan situasi jamannya ibarat. Mungkinkah kita akan menjadi salah satu dari mereka?
Hati kita tercipta untuk menjadi ladang cinta akan kebaikan dan kebenaran. Dan setiap orang kristen yang memiliki hati mesti mampu berbuat baik apapun konsekuensinya, merasa terpanggil untuk menjadi jalan pulang bagi mereka yang terlanjur salah jalan. Selain itu, kita diingatkan untuk tidak membiarkan rasa benci tumbuh di ruang hati. Kebencian tak akan pernah menyesaikan masalah, ia bukannya obat yang baik untuk sebuah hati yang terluka selain pengampunan dan kesediaan untuk mencinta. Kalau anda tidak bisa menjadi seorang Yohanes pembaptis, jangan pernah biarkan api kebencian merusak hatimu dan membakar sesama yang adalah kembaran dirimu sendiri.
“Jangan pernah membenci karena kebencian selalu menuntut korban”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar