Pada dasarnya generation Y, atau
generasi yang lahir di era tahun 1980an adalah generasi yang memiliki
potensi yang jauh lebih besar dari generasi-generasi sebelumnya untuk
menjadi pemimpin di usia muda. Hal ini disebabkan karena teknologi yang
ada pada saat generasi ini lahir, sudah jauh lebih canggih, meliputi handphone,
komputer, internet dan teknologi transportasi. Kondisi ini membuat
generasi Y memiliki akses yang luar biasa luas dan cepat kepada
informasi yang tak terbatas, bukan hanya di negaranya sendiri, tetapi
seluruh dunia. Disamping itu, perjalanan antar kota, antar pulau dan
antar negara menjadi semakin cepat dan mudah dengan semakin mudah dan
murahnya alternatif yang tersedia. Hal ini juga membuat generasi ini
bersifat lebih adventorous atau avonturir.
Kemudahan-kemudahan di atas, membuat
generasi muda sekarang jauh lebih cerdas dari pada generasi sebelumnya.
Dan karena di usia yang lebih dini sudah mengetahui jauh lebih banyak
informasi, mereka melihat bahwa ada banyak profesi yang tadinya tidak
dikenal, tidak dihargai atau tidak dapat menjadi alternatif mencari
nafkah, kini menjadi pilihan yang karir yang baik, bahkan bisa
memberikan kebebasan waktu dan finansial yang lebih baik daripada
menjadi seorang karyawan biasa. Hal ini membuat generasi ini cukup
berani untuk membuat keputusan besar mengenai karir dan cita-citanya di
usia yang jauh lebih awal dari generasi sebelumnya. Mereka menjadi lebih
spesialis, menguasai satu atau dua bidang dengan sangat baik, tetapi
“secara tidak sengaja” membatasi pengetahuan mereka di bidang-bidang
lainnya karena ketertarikan mereka terhadap satu atau dua bidang sudah
diputuskan di usia yang lebih dini.
Disisi lain, kemudahan-kemudahan yang mereka alami, misalkan tinggal memencet delete
untuk menghapus ketikan yang salah sepanjang satu alinea, sedangkan
generasi sebelumnya harus mengulangi mengetik dari awal dengan mesin
ketik jika melakukankesalahan sebesar itu. Lalu misalkan tinggal
memencet tombol enter di sebuah search engine ketika
mencari sebuah artikel, sementara generasi sebelumnya harus mencari di
berbagai perpustakaan, mungkin harus melakukan korespondensi dengan
beberapa pihak untuk mencari sebuah artikel. Nah kemudahan-kemudahan ini
membawa generasi ini cenderung tidak teliti dalam sebuah proses
pengerjaan (karena sekarang jauh lebih mudah), bahkan cenderung
menggampangkan karena mereka sudah lahir di era control/alt/del/enter tadi.
Untuk menjadi seorang Pemimpin dalam usia muda, generasi ini secara
natural sudah memiliki akses kepada informasi yang lebih cepat dan lebih
baik, memiliki keberanian yang lebih tinggi dan kemauan untuk mencoba
(karena resiko atas sebuah kesalahan seperti kesalahan mengetik di atas –
menjadi lebih kecil). Akan tetapi, menjadi seorang Pemimpin, berarti ia
akan juga memimpin sebuah proses pekerjaan. Dimana proses, tetaplah
merupakan sebuah proses; dimana ada suatu urutan dalam melakukannya,
sehingga menjadi sebuah hubungan sebab akibat yang logis jika tidak
dikerjakan secara berurutan. Misalkan, jika kita memakai kaus kaki dan
sepatu, maka urutan yang harus dilakukan untuk membuka kaus kaki kita
adalah dengan terlebih dahulu membuka sepatu kita. Akan sangat sulit
dilakukan jika kita memaksakan untuk membuka kaus kaki kita tanpa
membuka sepatu kita terlebih dahulu. Ini adalah salah satu contoh urutan
logis dalam sebuah pekerjaan sederhana, yaitu membuka kaus kaki.
Kelalaian dari pengerjaan secara berurutan akan menciptakan masalah.
Dalam sebuah perusahaan, kelalaian pengerjaan secara berurutan, dapat
menciptakan bermacam-macam resiko kerugian. Dua resiko kerugian terbesar
yang sangat dihindari perusahaan adalah kerugian akibat reputasi
perusahaan yang jatuh dan kerugian finansial akibat kelalaian karyawan.
Yang mengejutkan adalah bahwa seringkali, kerugian-kerugian tersebut
terjadi akibat kelalaian dari hal-hal yang sepele. Lebih sedikit kasus
ditemui bahwa karyawan atau pimpinan perusahaan memang dengan sengaja
memiliki skenario untuk membuat kerugian pada perusahaan.
Nah untuk menjadi Pemimpin yang sukses di usia muda, generasi ini
perlu untuk mempelajari hal-hal detil yang penting. Karena seperti
dikatakan tadi, hal-hal detil inilah yang seringkali dilalaikan dan
membawa kerugian. Seperti misalkan, tata cara membuat surat. Dalam era
e-mail seperti sekarang ini, surat formal sudah hampir dilupakan. Akan
tetapi sopan santun harus tetap dijaga. Kelalaian untuk menjaga sopan
santun dalam melakukan korespondensi dengan e-mail, dapat menyinggung
perasaan Pemilik perusahaan yang bersangkutan dan orang yang kepada
siapa e-mail tersebut ditujukan – terutama jika orang tersebut berasal
dari generasi sebelumnya. Tata cara dan sopan santun berkorensponden
tetap dianggap mencerminkan kepribadian si penulis surat. Hal ini dapat
menimbulkan potensi kehilangan kesempatan bisnis yang memiliki potensi
income bagi perusahaan, dan reputasi dimana perusahaan ini dianggap
tidak sopan. Padahal, bisa saja Pemimpin Muda ini sama sekali tidak
bermaksud demikian.
Hal lain lagi, misalnya. Karena generasi muda ini cenderung adalah
generasi yang mudah bergaul, mereka cenderung mudah akrab dengan banyak
orang – termasuk Pemilik perusahaan. Karena keakraban ini, seringkali
mereka mengajukan anggaran-anggaran dengan gaya yang santai, dimana si
Pemilik cenderung juga mengiyakan permohonan anggaran tersebut secara
lisan saja, karena kedekatan hubungan mereka. Pada gilirannya membayar
tagihan, Pemilik perusahaan menjadi sangat terkejut dengan jumlah yang
tertera dalam bon. Saat Pemilik menegur Pemimpin perusahaan, ia berkata
bahwa ia sudah mengajukannya kepada Pemilik perusahaan. Memang ia tidak
berbohong. Tetapi prosedur pengajuan anggaran / rencana anggaran
seharusnya dilakukan secara tertulis sehingga Pemilik perusahaan diberi
kesempatan untuk meneliti dengan cermat apa saja yang akan dibeli, dan
berapa biaya yang harus dikeluarkannya, lalu menyetujuinya dengan
menandatangani rencana anggaran tersebut. Dengan demikian, Pemilik
sepenuhnya sadar dan berkomitmen untuk membayarnya. Disisi lain, sebagai
yang mengajukan anggaran Pemimpin Muda ini juga harus menandatangani
komitmen kepada Pemilik perusahaan bahwa jika biaya ini disetujui, maka
ia harus mencapai goal perusahaan yang telah dibebankan kepadanya.
Kelalaian Pemimpin Muda dalam hal-hal detil semacam ini seringkali
membahayakan karirnya dan reputasinya sebagai seorang Pemimpin. Padahal
sekali lagi, kemungkinan besar, Pemimpin Muda ini tidak bermaksud
demikian.
Hal-hal di atas adalah kunci sukses menjadi seorang Pemimpin dalam
usia muda secara teknis. Hal lain yang juga sangat penting adalah
bagaimana seorang dalam usia muda mampu memimpin orang-orang yang lebih
tua darinya. Karena Pemimpin yang sukses, bukan cuma menguasai secara
teknis, tetapi juga menguasai hati anak buahnya atau karyawannya, dan
mampu membawa mereka ke arah kinerja yang optimal bagi perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar